Minggu, 25 April 2010

Membimbing Anak Hiperaktif

Erick Taylor dalam bukunya ???Anak Yang Hiperaktif??? mengatakan kata ??? hiperaktif dinyatakan untuk menyatakan suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjuk-kan sikap tidak mandiri, tidak menaruh perhatian, dan impulsif (semau gue)
Demikian juga James Dobson dalam bukunya “Kendalikan Selagi Mampu” merumuskan pengertian anak hiperaktif (disebut juga hiperkinensis, kelainan kecil pada otak, kelainan impuls, dan sedikitnya ada tiga puluh istilah lainnya) didefinisikan sebagai gerakan yang berlebihan dan tidak terkendali.


Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi problem anak sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Sedangkan yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman atau mengalami kecelakaan.

Dan perlu diketahui bahwa tingkah laku bukan sekedar suatu pencerminan dari hal-hal yang disukai sebagai individu, tetapi juga merupakan akibat dari situasi-situasi yang dialami sendiri. Dan anak-anak tersebut umumnya tidak mengeluhkan kondisi hiperaktif kondisi hiperaktif mereka, tetapi tindakan mereka sering membuat reaksi dari orang lain.

Ditinjau dari sudut pandang/perspektif sosiologi, anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan hubungan dan komunikasi dengan orang lain. Untuk memanusiakan dirinya, anak ingin juga dicintai, diakui dan dihargai, oleh karena anak yang hiperaktif kurang disukai dalam lingkungan pergaulannya maka perkembangan dan hubungan anak tersebut dengan lingkungan sosialnya akan terganggu, sehingga anak tersebut akan bersikap semaunya terhadap lingkungannya, dan tingkah lakunya kurang terkontrol. Demikian halnya dengan masalah mereka di sekolah, anak juga akan merasa kehilangan dukungan apabila orang tuanya tidak menemaninya di dalam kelas. Oleh karena itulah anak hiperaktif ini sangat memerlukan komunikasi dengan orang lain, baik itu orang tua mereka sendiri.

Ditinjau dari sudut pandang psikologi, anak merupakan pribadi sosial dan apabila pada anak yang hiperaktif tersebut mendapat sambutan baik ataupun bimbingan ke arah yang benar maka perkembangan pribadinya akan lebih terarah. Bila anak hiperaktif tersebut tidak mendapatkan sambutan baik atau bimbingan dari keluarga dan lingkungannya, maka anak akan menjadi rendah diri, bisa juga rasa egoisnya tinggi sekali dan bersifat masa bodoh terhadap keluarga dan lingkungannya, juga keadaan jiwanya sangat labil. Anak hiperaktif ini sangat memerlukan sekali hubungan yang dekat melalui bimbingan yang baik dan benar, orang tua dan guru tidak seharusnya bersikap acuh tak acuh dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak dapat diterima harus dicegah melalui bimbingan yang terarah kepada anak tersebut. Perlu ada kesabaran untuk membimbing anak seperti itu, walaupun pekerjaan ini harus dilakukan berulang-ulang.

2. Latar belakang anak hiperaktif.

Anak hiperaktif bisa saja disebabkan dari sikap orang tua yang membesarkan mereka. Kalau orang tua memakai teknik pengurusan yang tidak efektif, tidak konsisten atau di rumah kurang ada disiplin yang semestinya, seringkali anak berperilaku berlebihan. Misalnya, anak dapat menghindari kewajiban dan tanggung jawab yang tidak menyenangkan atau memperdaya anak lain agar sebagian besar kebutuhan terpenuhi. Anak juga akan mengatur diri sendiri di rumah dan lebih berkuasa dari pada orang tuanya
Orang tua tidak memahami bahwa anak yang mengalami gangguan perkembangan memerlukan perhatian khusus, sehingga dapat menimbulkan aktivitas-aktivitas yang berlebihan pada diri anak tersebut.

Anak hiperaktif dapat juga disebabkan oleh kerusakan pusat syaraf, walaupun juga dapat disebabkan oleh tekanan batin dan kelelahan4 . Tetapi anak hiperaktif itu sendiri tidak selamanya disebabkan oleh adanya kerusakan otak.
Beberapa pakar memeperkirakan ada kecenderungan kerusakan jaringan otak yang sangat berat (yang disebut celebral palsied) pada saat anak lahir. Dan pasien tidak memperlihatkan gejala-gejala yang terlihat dalam tiga variabel:
(1) Dimana letak kerusakan itu ; (2) Seberapa besar lukanya; dan (3) Seberapa cepat luka di ketahui. Oleh sebab itu mungkin saja ada anak hiperaktif yang menderita gangguan otak yang tidak diketahui pada awal kehidupannya tanpa meninggalkan gejala atau persoalan lainnya. Penjelasan ini hanya bersifat spekulatif dan bahwa pengetahuan kedokteran mengenai penyakit ini masih jauh dari sempurna.
Kerusakan otak dapat dilihat dari banyak tindakan yang aneh, termasuk gerakan dan kegiatan yang kacau yang dilakukan oleh seorang yang hipraktif. Ia tidak mampu menyimpan apa yang ada dalam pikirannya sendiri. Ia berkomat-kamit mengutarakan buah pikirannya yang paling dalam, sehingga membuat malu dan mengagetkan setiap orang yang berada di dekatnya. Akan tetapi ada satu kesulitan akademis lain yang juga lazim ditemukan antara anak-anak yang hiperaktif, yaitu kesulitan melihat dan memahami. Seorang anak mungkin saja memiliki penglihatan yang betul-betul normal, namun tidak memahami lambang-lambang dan bahan cetakan dengan tepat. Dengan kata lain, kedua matanya mungkin saja sempurna tetapi otaknya tidak mengolah tanda itu sebagaimana mestinya.

Many Go Setiawani dalam bukunya “Menerobos dunia anak” mengatakan bahwa gejala hiperaktif merupakan akibat dari zat pewarna merah untuk makanan, terlalu banyak makan gula, kekurangan vitamin. Kebiasaan makan yang salah dapat merusak tubuh dan mudah dihubungkan dengan gejala hiperaktif. Mereka juga sensitif terhadap makanan tertentu, seperti coklat, jagung, telor ayam, susu kedelai, daging, gula dan gandum. Dan secara medis, alergi makanan dapat menyebabkan hiperaktif. Akan tetapi alergi makanan ini belum ada bukti yang relevan pada sebagian anak kecil anak-anak tersebut.

Anak hiperaktif juga harus dijaga minumannya, semacam es krim, es podeng kecuali bila dibuat tanpa bahan pengawet atau pewarna. Vitamin harus diberikan kepada anak hiperaktif seperti vitamin A, B kompleks
Faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
a. Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya. Ia akan memperdaya orangtuanya untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Serta kurangnya disiplin yang diberikan oleh orangtua kepada anak tersebut. Cara seperti itulah yang akan membuat anak untuk berbuat sekehendak hatinya.
Anak yang dimanja biasanya pengarahan yang diberikan kepadanya berkurang. Dan kalau disekolahkan ia akan memilih berjalan-jalan dan berdiri dari pada mendengarkan pelajaran yang diberikan oleh guru. Memanjakan membujuk makan, membiarkan tindakannya sendiri, memnuhi semua keinginannya dan kebutuhannya itu harus dihindari.

Anak jangan dimanjakan kalau tahu bahwa penyebab hiperaktifnya karena masalah biologis. Orangtua harus bertahan dengan peraturan yang telah diberikan dan menuntut anak agar menaatinya. Tunjukkan dengan mantap dan wibawa bahwa orangtua ingin ditaati oleh anak-anaknya supaya pernyataan ini juga memberikan rasa aman kepada anak. Sikap bertahan ini bukan berarti kejam, keras, diktator atau berhati baja, tetapi sebaliknya justru untuk membina dan mengajar anak tentang apa yang harus mereka lakukan. Anak yang manja biasanya sulit bergaul dengan teman sebanyanya karena ingin menang tidak punya tanggung jawab, mengalami kesulitan di sekolah karena berbuat sesuka hatinya dan tidak mematuhi peraturan kelas, sering membantah, hanya berbuat menurut keinginannya. Jelaslah bahwa anak-anak semacam ini akan menemui kesulitan dalam bergaul.

b. Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan ini akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Dan apa yang dilakukan oleh anak tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian dari orang tua. Jika anak dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain baik itu di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.

c. Orientasi kesenangan.
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri. Anak yang mempunyai orientasi kesenangan ingin memuaskan kebutuhan atau keinginan sendiri. Ia lebih memperhatikan kesenangan yang berasal dari perilakunya dari pada menggubris hukumannya. Misalnya anak itu mungkin tahu bahwa ia melanggar dan menerima hukuman, namun jika itu menyenangkannya, ia akan melakukan juga walaupun ia mencemaskan hukumannya nanti. Ia akan melakukan apa yang menjadi kesenangannya dan tidak perduli dengan aturan yang sudah ada ditentukan oleh orang lain.

Jika ingin menyuruh akan tersebut melakukan tugas yang sesuai dengan keinginannya maka ia akan melakukannya. Sebaliknya jika ingin menyuruh apa yang tidak disenangi olehnya maka anak itu tidak akan melakukannya.
Anak hiperaktif ini dalam melakukan sesuatu terlebih dahulu berpikir sebelum berbuat, namun hal seperti itu tidak selalu benar. Ia melakukan hal seperti itu karena keinginannya harus terjadi.

Pengaruh yang dihadapi oleh anak yang hiperaktif.
Ada beberapa hal bagaimana pengaruh yang dihadapi oleh anak hiperaktif antara lain:
a. Pengaruh keluarga
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama, oleh karena itu orang tua adalah pendidik yang pertama, keluarga merupakan pusat di mana diletakkan dasar-dasar pandangan hidup, dan pembentukan pribadi anak. Hubungan antar anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa anak hiteraktif. Dalam hubungan ini selian hubungan pribadi yang didasarkan atas kewibawaan, juga terhadap hubungan cinta kasih antara orang tua kepada anak dan sebaliknya. Untuk itulah orang tua tidak boleh bersikap acuh tak acuh kepada anak seperti itu. Peranan ibulah sebagai pendidik yang lebih menonjol di dalam keluarga..
Setiap ibu yang mempunyai anak hiperaktif kadang-kadang akan mengalami pergumulan yang hebat dalam pikirannya. Di satu sisi yang lalu, ibu juga akan merasa jengkel dengan kekacauan yang ditimbulkan oleh anak hiperaktif dan di satu sisi yang lain ibu juga mempunyai rasa empati dan kasih yang dalam untuk anaknya yang masih kecil itu di dalam kehidupannya sehari-hari. setiap perilaku yang tidak dapat diterima harus dicegah, dan diberikan suatu bimbingan ke anak hiperaktif sesuai dengan kebenaran. Perlu adanya kesabaran dalam diri orang tua, guru dalam mendidik anak hiperaktif walaupun harus dilakuka berulang-ulang.
Dalam menghadapi anak hiperaktif yang diperlukan sikap yang lebih bijaksana dari semua pihak, khususnya para orang tua. Guru dan orang tua harus berusaha memahami keadaannya dan membimbingnya dalam melakukan beberapa aktivitas.

b. Pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan bagi anak hiperaktif ini kurang disukai oleh lingkungan khususnya bagi teman-teman sebayanya, karena di dalam diri anak itu ada jiwa ingin mengepalai, menguasai dan menjadi pemimpin di antara teman-temannya yang lain.
Anak dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pergaulannya. Untuk itulah diperlukan perhatian khusus dari orang tua maupun guru kelas sendiri di dalam mengatasinya. Jika hal demikian terjadi bagi anak hiperaktif ini dimana anak itu kurang dapat diterima di lingkungan permainannya, maka akan terjadi suatu perilaku aneh atau bersifat lebih baik berdiam diri. Anak tiu juga akan merasa rendah diri bila lingkungan pergaulannya menolak, sehingga anak tersebut akan melakukan kegiatan-kegiatan sendiri yang dirasakannya sendiri lebih asyik untuk dilakukan. Dengan perbuatan yang aneh dibuat oleh anak hiperaktif ini akan membuat orang lain atau lingkungan pergaulannya akan menjauhinya.

Apabila lingkungan si anak adalah lingkungan yang tertib maka akan memberikan reaksi yang baik terhadap anak hiperaktif. Dalam lingkungan yang labil, tidak tetap maka perilaku anak hiperaktif akan meningkat. Hal ini dialami oleh orang tua yang memiliki anak hiperaktif. Seperti sebuah contoh: sebuah keluarga sedang menonton TV, semua tenang dan Riana asyik bermain dengan mobil mainannya. Lalu tiba-tiba ayahnya berkata: “marilah kita pergi membeli es krim” Riana tiba-tiba tergugah aktivitasnya. Ia bergairah, berjalan hilir mudik, berceloteh dan menampakkan perilaku hiperaktif, seolah-olah ia terkena aliran listrik. Anak ini bereaksi atas perubahan, lingkungan yang baru, sehingga lingkungan kehilangan ketertiban dan perencanaan.
Makin tertib dan terencana dalam lingkungan, anak-anak yang hiperaktif makin mereda dan mau mendengarkan, serta disiplinpun makin efektif. Lingkungan yang tertib pertama-tama berpusat pada konsisten orang tua dalam mengurus anak-anak mereka.

c. Pengaruh sekolah
Anak hiperaktif ini juga mengalami kesukaran di dalam kelas. Kesukaran yang dihadapinya adalah sukar belajar. Anak ini belajar dengan cepat dan mudah, tetapi lebih suka belajar lewat sarana-sarana kreatif dari pada perintah. Makanya ia berbuat sekehendak hatinya di kelas, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dan tidak mau menyelesaikan tugas yang sudah diketahuinya. Ia juga menimbulkan kesulitan di kelas, sebab tugasnya lebih cepat selesai dari pada murid-murid yang lainnya.
Dalam proses belajar di dalam kelas, ia merasa sulit untuk duduk dengan diam di kursinya dan memusatkan perhatiannya itu singkat sekali, sehingga ia menjadi nakal dan mengganggu teman-temannya di kelas waktu guru sedang mengajar. Kadang kala anak tersebut sadar harus mematuhi peraturan yang ada di kelas, tetapi anak ini tidak mampu untuk mengendalikan dirinya. Rentang perhatian anak hiperaktif ini sangat sempit sehingga untuk konsentrasi dalam memusatkan perhatiannya cepat hilang dan anak ini tidak pernah menerima informasi. Akibatnya kalau anak ini ditanyai oleh guru di dalam kelas tidak cepat menjawab. Guru kelasnya akan menganggap anak itu bingung.

Sekolah untuk anak hiperaktif seperti ini seharusnya sekolah yang harus luwes dan bisa menangani murid-muridnya menurut kebutuhan mereka masing-masing. Anak hiperaktif juga perlu dilatih dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan dan situasi yang berlainan. Bagi mereka sekolah menyajikan sejumlah situasi baru, baik yang menyenangkan maupun yang menegangkan.

Beberapa anak menemukan bahwa lingkungan yang baru itu membingungkan dan terlalu banyak yang harus diperhatikan. Pikiran mereka menjadi kacau dan perhatian mereka tertekan akibat keadaan itu. Tetapi justru ada juga yang bersemangat dan bergembira saat baru dimulai. Dalam hal malahan yang mengalami perasaan tertekan justru orang lain. Guru merasa bahwa anak-anak yang lain akan segera menjauhi mereka, karena tingkah laku mereka sangat mengjengkelkan.

Taman Kanak-Kanak dan kelompok bermain dapat menjadi tempat untuk menyesuaikan diri dengan anak-anak lain, dan kehadiran orang tua disitu sangat diperlukan oleh anak itu. Biasanya anak-anak seperti ini dimintai untuk meninggalkan Taman Kanak-Kanak dengan alasan mengganggu dan merugikan orang lain. Sementara kegiatan sekolah berjalan, banyak lagi yang harus dilakukan agar anak-anak hiperaktif itu dapat belajar seperti anak-anak yang lain, dapat mengendalikan diri dan dapat menjadi teman yang menyenangkan bagi anak-anak lain. Dan anak diajurkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang tersedia di kelas dan membuat suatu yang menyenangkan, dan dapat menemukan saluran yang konstruktif bagi energi mereka yang berlebihan.

Metode bimbingan bagi anak hiperaktif
Menurut Moeslichatoen ada beberapa metode yang cocok untuk membimbing dan mengarahkan anak. Adapun keseluruhan metode tersebut akan dijelaskan di bawah ini sebagaimana Moeslichatoen menjelaskan dalam bukunya “Metode pengajaran di Taman Kanak-Kanak

Metode Bercerita
Metode cerita juga digunakan oleh Allah untuk mengajarkan kepada manusia tentang prinsip-prinsip rohani. Dalam cerita terjadi peristiwa yang menarik. Metode cerita bagi anak-anak usia 3 ??? 5 tahun merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak secara lisan. Metode bercerita bagi anak usia ini dalam mengajarkan tentang kebenaran haruslah menarik, mengundang perhatian dan tidak lepas dari konsep bercerita. Dunia kehidupan anak itu penuh sukacita, maka kegiatan bercerita haruslah diusahakan dapat memberikan perasaan, gembir, lucu, dan mengasyikkan. Karena dunia kehidupan anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah dan diluar lingkungannya.

Moeslichatoen mengatakan bahwa ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru atau orang tua dapat membaca langsung dari buku, menggunakan illustrasi dari buku gambar, menggunakan papan flanel, menggunakan boneka, bermain peran dalam suatu cerita.

Metode tanya-jawab.
Dengan adanya metode tanya-jawab ini akan membuat antara anak dan guru ada komunikasi. Itu juga diperlukan persiapan yang baik agar dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan kebenarannya. Kadang kala ada anak hiperaktif menanyakan sesuatu yang dapat membuat guru menjadi bingung untuk menjawabnya. Saat anak yang memiliki perilaku yang berlebihan itu tidak bisa diam, guru dapat langsung bertanya kepada anak mengenai cerita yang baru saja diceritakan. Dengan cara ini maka anak tersebut akan memberikan perhatiannya kepada guru yang bertanya. Walaupun rentang konsentrasi anak seperti itu sangat singkat.

Metode pekerjaan tangan.
Guru/pembimbinga anak dapat memberikan metode pekerjaan tangan ini kepada anak yang memiliki perlaku berlebihan atau yang tidak mau diam, seperti membuat bentuk dari lilin, melukis dengan kanji yang berwarna warni. Hal tersebut harus dibuat oleh anak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru. Dengan adanya metode ini maka anak yang tidak mau diam tadi dapat diberikan kegiatan diatas, sehingga anak itu tidak lagi mengganggu teman yang lainnya saat berada di kelas.

Metode pemberian tugas.
Metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak yang tidak mau diam, supaya kesempatan si anak untuk mengganggu temannya mulai berkurang. Pemberian tugas itu juga harus jelas dan penentuan batas yang tepat diberikan secara nyata. Banyak anak yang mengalami hambatan untuk memperoleh kemajuan belajar karena tidak menentunya batas tugas yang diberikan oleh guru untuk diselesaikan. Kejelasan penentuan batas tugas yang harus diselesaikan anak akan memperkecil kemungkinan anak membuang-buang waktu dan tenaga untuk suatu kegiatan yang tidak membuahkan hasil dan tidak bermakna bagi anak. Pemberian tugas kepada anak seperti ini juga harus dapat membangkitkan minat anak untuk mengembangkan tugas itu secara kreatif. Anak itu tidak akan melakukan tugas bila yang diberikan oleh guru baginya itu tidak menarik. Pemberian tugas secara tepat dan profesional akan dapat meningkatkan bagaimana cara belajar yang benar, sehingga keinginan anak untuk melakukannya timbul pada dirinya sendiri. Bila pemberian tugas itu menggunakan bahan yang bervariasi, dan sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, maka akan memberikan arti yang besar bagi anak tersebut.

Metode bermain.
Metode bermain juga sangat baik diberikan kepada anak tersebut karena anak akan belajar mengendalikan diri sendiri, memahami dunianya.
Dengan menggunakan metode bermain kepada anak seperti ini diperlukan guru-guru yang harus menemaninya. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang dapat menyalurkan bakat si anak.
Bagi anak seperti ini, metode ini dapat diberikan dan anak akan merasa sangat senang. Karena anak itu dapat dengan bebas melakukan kegiatannya yang dirasakan cukup baik bagi dirinya. Melalui kegiatan bermain ini anak dapat menggunakan otot kasar. Bermacam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan tersebut seperti merayap, berlari, merangkak, berjalan, melompoat, menendang, melempar
Guru/pembimbing anak dapat melakukan metode bermain ini sehingga anak tersebut tidak cepat bosa dengan cara yang diberikan oleh guru. Seperti mengajak anak untuk bernyanyi yang menggunakan aturan main. Anak seperti ini akan tertarik untuk melakukannya.

Kegiatan bermain dapat membantu penyaluran kelebihan tenaga. Setelah melakukan kegiatan bermain anak memperoleh keseimbangan antara kegiatan dengan menggunakan kekuatan tenaga dan kegiatan yang memerlukan ketenangan. Anak dapat menyalurkan rasa ingin tahunya dengan menggunakan metode bermain ini seperti bagaimana caranya memasak, mengapa pohon layu bila tidak diberi air, dan sebagainya.
Kegiatan menggambar dapat juga diberikan kepada anak hiperaktif termasuk didalam kegiatan bermain. Anak dalam menggambar dapat menggunakan pensil warna dan kertas gambar. Cara seperti ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat menyalurkan tenaga pada dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar